Senin, 13 Agustus 2012

Masa Bekerja

Operator Radio Panggil (Pager) STARKO

Saya memang punya keinginan untuk bisa kuliah. Sewaktu lulus dari SMEA dulu orang tua sudah tidak mampu membiayai lagi. Saat sekolah pun dari SMP sampai SMEA untuk mencari biaya sekolah, orang tua terutama Ibu memutar otak dan berjuang demi kakak, saya dan adik-adik agar bisa sekolah. Alhamdulillah kakak, saya dan adik saya bisa sekolah walau hanya sampai SMEA. Kalau adik saya yang dua orang lagi hanya sampai SMP. 

Sebelum bisa kuliah terlebih dulu saya bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi, yaitu STARKO (Stasiun Radio Komunikasi) dengan nama perusahaannya PT.Motorollain Corp. berlokasi di Jl.Moh.Mansyur No.49-51 Jembatan Lima. Perusahaan yang mempunyai gedung setinggi 5 lantai ini merupakan pelopor Radio Panggil atau Pager di Indonesia. Awalnya perusahaan ini menyewa gedung di Bunderan HI yaitu gedung Wisma Nusantara. Pada tahun 1976 baru pindah ke gedung milik sendiri di Jl.Moh.Mansyur tersebut yang sudah dilengkapi dengan Pemancar setinggi 108 meter. 

Saya bisa diterima bekerja di perusahaan ini berkat jasa dari tante di Bagian Akunting. Saat itu tante mungkin tidak tega melihat saya yang baru lulus dan bekerja di proyek ikut bapak, karena bapak hanya buruh bangunan. Sempat ikut di proyek selama 2 Minggu, 1 Minggu di Tangerang membangun sebuah pabrik dan 1 Minggu berikutnya di Lebak Bulus membersihkan besi-besi gorden untuk tulang tiang beton. Saat di proyek baru itu saya tidak kuat dengan kondisi tempat untuk menginap saat malam, karena harus tidur di atas besi-besi, dimana saat malam tiba sudah pasti betapa dinginnya besi-besi itu, dan saya adalah orang baru ikut bekerja di proyek.

Setelah menitipkan lamaran kepada tante beberapa hari kemudian ada panggilan untuk interview dan psycotest. Saya pun pada hari yang ditentukan mendatangi tempat interview di Jl.Moh. Mansyur, sedangkan tempat psycotest di daerah Kampung Melayu. Inilah pertama kali saya mengenal psycotest dan saat melihat soal yang lebih dari 2 lembar sedikit ada keraguan bisa lulus apa tidak. Tapi begitu membaca isi soal-soal yang ada, ternyata tidak begitu sulit untuk menjawabnya. Ada soal pilihan, isilah dan menggambar. Psycotest ini berlangsung 2 hari. 

Kemudian pada 1 Minggu kemudian ada panggilan interview terakhir. Saat datang ke kantor STARKO tersebut untuk menghadap Personalia, disana sudah banyak teman-teman yang satu group / liftingan dengan saya duduk di kursi yang sudah disediakan, sambil menunggu giliran dipanggil interview. Akhirnya giliran saya dipanggil untuk interview, saat Personalia-Ibu Vernoica Indrawati bertanya, "Kamu melamar disini ada yang kenal atau tidak?", saya pun menjawab sesuai yang dipesankan oleh tante, "Tidak. Tidak ada yang saya kenal. Saya dapat informasi dari teman". Kemudian Personalia bertanya lagi, "Kamu mau traingin kapan, bareng dengan teman kamu atau nanti". Saya jawab, "Bareng saja bu". Saya berfikir kalau nanti tidak ada teman barengannya. "Ya sudah berarti kamu tgl.2 Desember 1991 nanti ya. Datang jam 8.00 jangan terlambat". Sayapun menjawab,"Baik bu, terimakasih".

Kalau saya ingat-ingat tiap penerimaan karyawan baru, yang dipanggil pasti jumlahnya tidak kurang dan lebih dari 10 - 11 orang. Sayapun berjumlah 10 orang saat itu yang satu group training dan psycotest. Nama-nama yang saya ingat yaitu : Sunardi, Herni Sofyati, Sri Hadiyana, Acep Ahdi, Acong, Dewi Melati, Imas Ilyas, Sutris Suryani, Acip Sucipto dan Supriyono. Saya mendapat NIK : 910886.

Teknologi saat itu masih menggunakan sistem suara belum ada digital dan hanphone belum booming di Indonesia. Kamipun ditraining dimulai dengan berlatih membaca lembaran kertas yang berisi tulisan pesan dari penelpon untuk dikirim via pager tujuan. Orang yang dianggap paling senior untuk training bidang membaca pesan yaitu Kak Lenny Gerung, asal Manado, dengan gaya membaca yang khas. Kami berlatih membaca sebelum mulai praktek di satu ruangan tempat operator membaca pesan yang disebut Incoder, terdapat 6 ruangan. Ada orang yang bertugas mendistribusikan lembaran pesan tersebut ke ruang Incoder tersebut, terlebih dahulu dicek di Incoder mana yang lembaran pesannya sudah selesai.

Saat group saya ikut training itulah mulai ada perubahan sistem, yang tadinya 1 meja operator hanya ada 1 telepon, kemudian ditambah dengan adanya komputer Dumb Terminal. Fungsi dari dumb terminal adalah untuk menginput pesan yang dikirim oleh penelpon dan mengirimkannya setelah mengkonfirmasi ulang pesan, apakah pesannya sudah betul atau belum. Dumb Terminal tidak berfungsi seperti halnya PC tapi hanya input dan kirim. Bagi saya dengan adanya dumb terminal ini menjadi lebih mudah, karena saat sekolah di SMEA sudah digembleng mengetik dengan Blind System dan sepuluh jari. Latihan mengetik di SMEA dengan cara mata ditutup kain dan hanya jari yang menari di atas tuts mesin tik, belum ada komputer saat sekolah.

Sistem kerja di sini sesuai dengan bidangnya yang melayani umum maka menggunakan Sistem Shift karena operasionalnya selama 24 jam, dibagi menjadi 3 Shift, yaitu Shift I (Pagi) dari jam 7.00-15.00  lebih mayoritas operator wanita. Shift II (Sore) dari jam 15.00 - 23.00 lebih banyak operator wanita. Sedangkan Shift III (malam) dari jam 23.00 - 7.00 khusus operator pria. Saat semakin banyak operator maka ditambah Shift nya yaitu jam 9.00 - 17.00, bahkan ditambah lagi Shift jam 11.00-21.00. Namun shift terakhir ini akhirnya dihapus karena ada musibah yang menimpa salah satu operator pria yang ditodong saat pulang kerja, saat itu operator Haryadi sedang menunggu mobil di Tanah Abang, ada pria yang memaksa minta uang. Penodong itu marah karena tidak dikasih duit yang dia minta, maka akhirnya menusuk perut Haryadi. Alhamdulillah tidak terlalu dalam dan tidak mengenai organ dalam tubuhnya, dan setelah dirawat di rumah sakit sembuh seperti semula.

Saat bisnis radio panggil berkembang menjadi digital banyak perusahaan baru tumbuh bak jamur dimusim hujan tiba. Ada Easy Call, Starpage, Globalpage, Indolink, Nusapage dan Nusalink. Persainganpun terjadi diantara perusahaan jasa komunikasi pager ini, mulai dari harga jual sampai service customer. Namun secara brand atau merek Starko lebih terkenal karena memang pelopor radio panggil di Indonesia, maka pelanggannya pun lebih banyak daripada kompetiter yang baru ada. Ekspansinya pun lebih luas karena di seluruh kota besar di Indonesia didirikan kantor cabangnya, apalagi di Jakarta kantor cabang ada di seluruh pelosok.

Bahkan ada operator yang diperbantukan ke cabang-cabang di Jakarta sesuai kebutuhan dan juga karena terlalu menumpuknya operator. Saat penerimaan pegawai baru memang bagaikan membeli kacang goreng, tiap bulan 10 orang karyawan baru pasti ada yang ditraining. Seragam untuk bekerja tiap tahun mendapat jatah 3 stel, warnanya berubah tiap tahun.


4 komentar:

  1. Dear Mas Acep,

    perkenalkan nama saya Muhammad Fajar. Saat ini saya sedang meneliti soal teknologi pager. Saya hanya mau tanya apakah saya bisa ngobrol-ngobrol dengan Mas Acep mengenai pengalaman bekerja di Starko? Terimakasih sebelumnya.

    Salam,
    Fajar

    BalasHapus
  2. Halo....saya Hary putra dari BP RM Singgih (Dir Starko)
    Waduh JD ingat jaman dulu deh, dari jaman Wisma Nusantara sampai di KH Mas Mansyur

    BalasHapus
  3. Halo saya Hary Singgih, putra dari BP RM Singgih (DIR Starko) Saya JD teringat jaman dulu dari jaman ged Wisma Nusantara sampai di KH Mas Mansyur. Mudah mudahan kita bisa saling kontak

    BalasHapus
  4. Wah...senang sekali saya (Om) nostalgia kembali seingat Om pake starko tahun 82 83 lho..barengan lg trend ngebreak ..Orari, dsb om masih pake yg pesan suara..trims sudah mbagi pengalaman.

    BalasHapus